Tata Cara Meditasi Perenungan (Dhyana) terhadap BODHISATTVA BHAISAJYASAMUDGATA
Sang Buddha kembali ber-alih kepada Sang Maitreya,
"Oh Ajita, Sekarang Aku akan mem-beritahu-kan
Tata Cara Meditasi Perenungan (Dhyana) terhadap
Bodhisattva Bhaisajyasamudgata
Dengar-kan-lah
baik-baik.
Setelah Aku ber-Parinirvana nanti, apabila terdapat Bhiksu,
Bhiksuni, Upasika, Upasaka yang ber-niat me-laksana-kan Dhyana terhadap Bodhisattva Bhaisajyasamudgata maka ia harus me-laksana-kan
Tujuh Metode Dharma,
yaitu :
1. Men-jalan-kan Sila
dengan Tekun, jangan ter-pengaruh oleh Sravaka atau Pratyeka
Buddha yang ber-pandangan keliru.
2. Rajin belajar Dharma dan Ilmu Pengetahuan.
3. Ber-Hati
lapang, tidak sombong, ber-Welas
Asih terhadap Sesama dan suka menolong Mereka yang sedang mengalami penderitaaan.
4. Tidak ber-sifat tamak, ber-pendirian Teguh dan tidak mudah ter-pengaruh.
5. Ber-sikap
Adil (Samatadharma) hingga akan di-hormati
oleh Orang Lain.
6. Melakukan Vipasyana (Meditasi dengan ber-fokus kepada suatu Objek) dan Samatha (Samadhi Ketenangan atau Tanpa Objek).
7. Tidak merasa ragu terhadap Dharma Paramita sebagai satu Jalan untuk mencapai Pembebasan Diri secara total.
Ketahui-lah
Oh, Ajita, apabila Mereka
men-jalan-kan Tujuh Metode Dharma ini maka mereka akan ber-Kesempatan
untuk bertemu dengan Bodhisattva Bhaisajyasamudgata dan melihat wujud-Nya degan jelas.
Tinggi tubuh-Nya sekitar 16 Yojana dan ber-warna
ke-emas-an dan ber-sinar terang bagai-kan Emas
Jambunada
indah sekali. Di dalam Lingkaran sinar emas tersebut ter-dapat 16 Koti Gambaran Buddha (Buddha Nirmita) dengan tinggi masing-masing 8 Kaki dan sedang ber-duduk ber-sila di atas Bunga Teratai Mustika.
Tiap-tiap Buddha Nirmita di-dampingi oleh 16 Bodhisattva yang sedang
memegang Bunga Putih dan mereka semua ber-putar
dari kanan ke kiri mengikuti gerakan Lingkaran
Sinar. Di dalam Lingkaran Sinar itu pula mereka dapat me-lihat
Negeri-Negeri Buddha dan Bodhisattva yang ada di Sepuluh Penjuru Semesta.
Sembulan ubun-ubun (Usnisa) yang ada di puncak kepala-Nya
itu ber-bentuk seperti Kumpulan Mutiara Sakrabhilagna yang ber-sinar ke-emas-an,
pada setiap pancaran sinar-nya
terdapat 4 Kuntum Bunga Mustika yang me-miliki ratusan macam warna.
Bunga-Bunga yang ber-aneka warna tersebut secara samar-samar menampakkan bayangan Gambaran Buddha dan Bodhisattva yang tak ter-hitung jumlah-nya.
Ciri-ciri atau tanda-tanda tersebut
adalah termasuk dalam 32 Tanda Ke-agung-an dan 80 Ke-istimewa-an yang di-miliki oleh Bodhisattva
Bhaisajyasamudgata.
Pada dasar-nya, tiap tanda dari ke-32 Tanda Ke-agung-an tersebut dapat me-mancar-kan lima macam sinar, demikian pula setiap
ciri dari 80 Ke-istimewa-an dapat me-mancar-kan ratus-an ribu
cahaya.
Rambut putih (Urnahkesa) yang ada di tengah-tengah kening Beliau juga me-mancar-kan cahaya bening
ber-warna seperti Emas Jambunada dan ber-sinar
panjang sekali.
Apabila Para Umat
tersebut setelah Mendengar atau Mengenal Nama Sang Bodhisattva Bhaisajyasamudgata kemudian Mereka ber-Tekad dan ber-Sungguh-sungguh untuk selalu Menyebut dan Memuliakan Nama Beliau atau me-laksana-kan Dhyana terhadap Beliau,
maka Sang Bodhisattva akan muncul di
hadapan-nya
dan me-mancar-kan sinar emas-nya kepada Mereka agar mereka ter-berkati.
Di dalam cahaya-nya tersebut, Sang Bodhisattva dapat ber-ubah-ubah wujud, Ia dapat men-jelma menjadi Dewa Isvararupa, Dewa
Brahmarupa, Maradevarupa, Sakrarupa,
Dewa-Dewa dari Sorga Catur Maharaja Kayika atau men-jelma menjadi Asurarupa, Gandharvarupa, Kinnaraupa, Mahoragarupa,
Garudarupa, Manusia, Mahluk Bukan-Manusia, Nagarupa, Rajarupa, Mahargha (Pejabat Tinggi), Sresthirupa (Tokoh Tetua), Grhapatirupa, Sramanarupa,
Brahmanarupa, Devarupa, Kakek atau
Nenek kita, Ayah-Bunda kita, Saudara Laki-laki
atau Perempuan kita, Pasangan Suami atau Istri kita, Sanak Saudara kita, seorang Dokter Ahli, juga Sahabat Karib kita, dan
sebagai-nya.
"Oh, Ajita, Mereka yang men-jalan-kan Dharma
ini akan men-dapat Kesempatan Baik untuk bertemu dengan Bodhisattva Bhaisajyasamudgata di
dalam mimpi-nya, di-mana Sang Bodhisattva akan mengajarkan Mantra-Mantra Penting yang ber-Nama “Bhaisajyaraja Dharani” dan “Bhasajyasamudgata Dharani”.
Berkat Mantra tersebut maka Karma-karma
buruk-nya yang ter-kumpul selama ber-Kalpa yang Lampau
dengan se-ketika akan ter-hapus-kan dan setelah Ia bangun dari mimpi-nya Ia
akan dapat meng-ingat
kejadian serta Mantra tersebut dengan jelas dan seksama bagai-kan suatu pengalaman nyata".
* * * * *
* * * * *