BAB 13

Kisah Tentang Sang Sresthika Jyotisprabha


Lalu Sang Buddha kembali ber-Sabda kepada Arya Ananda:

"Ketahui-lah Oh, Ananda yang Bijak ! Bagi Mereka yang telah Mendengar atau Mengenal ke-Dua Nama Bodhisattva tersebut lalu Ia meng-ingat-nya saja se-panjang waktu maka Mereka akan di-berkati dengan ber-bagai Kebaikan yang tak habis-habis-nya, apalagi jika ada Umat yang melaksanakan Ajaran Dharma yang ada di Sutra ini, Kamu bisa bayang-kan se-berapa banyak Pahala yang diterima oleh Umat tersebut".


Mendengar Ucapan Sang Buddha, langsung Arya Ananda sadar bahwa Sang Buddha sedari tadi terus menerus Menyanjung dan Memuji Jasa-Jasa ke-Dua Bodhisattva. Kebaikan yang di-miliki oleh ke-Dua Bodhisattva ini telah menyentuh Perasaan Welas Asih Sang Buddha.

Lalu, Yang Arya Ananda meng-ambil inisiatif untuk mengajukan pertanyaan, kemudian Ia pun bangkit dari tempat duduk-Nya dan mengelilingi Sang Buddha se-banyak tujuh kali, kemudian ber-lutut sambil ber-Anjali.


"Oh Bhagawan Yang Mulia ! Sudi-lah kira-nya Sang Bhagawan men-cerita-kan cerita Masa Lampau ke-Dua Bodhisattva, Perbuatan atau Dharma apa yang Mereka praktek-kan sehingga Mereka mencapai Kesuksesan seperti yang Mereka raih Saat Ini ?.


Serta Perbuatan Baik apa yang telah Mereka lakukan sehingga pada Saat Ini Mereka bagai-kan Genta Alamat Brahma yang ber-gema sangat dahsyat-nya serta mendapat Sanjungan baik oleh Sang Bhagawan maupun Khalayak ramai.


Khusus-nya pada Hari Ini, ke-dua pasang mata Sang Bhagawan pun menjadi ber-kilau-an terus menerus bagai-kan sepasang Mutiara Manikam. Ini merupakan Pertanda Baik yang sejak Dahulu belum pernah Kami lihat sebelum-nya. Untuk itu sekali lagi Kami me-mohon agar Sang Bhagawan dapat men-cerita-kan kisah Masa Lalu Mereka kepada Kami sekalian !.


Kemudian Sang Buddha menjawab, "Dengar-kan-lah baik-baik, Oh, Ananda dan Para Hadirin sekalian yang Ku-Hormati ! Pada Masa Lampau, ber-Asamkhya-Kalpa yang Lampau, ketika itu terdapat seorang Buddha yang bernama

Vaidurya-Nirbhasa Tathagata,
Arahat,
SamyaksamBuddha, Vidyacarana-sampana,
Sugata, Lokavid, Anuttara, Purusa-Damya-Sarathi,
Sasta-Devamanusyanam, Buddha Lokanatha'ti.

Nama Kalpa-Nya adalah Saddharma-Yoga-Ksemam
dan Nama Negeri Buddha-Nya adalah Vaijayanti Pataka.


Rakyat-Nya memiliki umur yang panjang, mencapai 8 Kalpa Besar sedangkan Buddha Vaidurya-Nirbhasa sendiri umur-Nya mencapai 16 Kalpa Besar setelah itu ia ber-Parinirvana dengan posisi duduk di atas Takhta-Nya (Padma-Nisanna). Periode Kejayaan Dharma (Saddharma) adalah 8 Kalpa dan Periode Pertengahan Dharma-Nya (Dharmapratirupaka) juga 8 Kalpa.


Pada Masa itu di Alam Buddha-Nya terdapat Seribu Orang Bhiksu yang telah ber-Tekad dan mem-bangkit-kan Bodhicitta-nya ke Tingkat yang Tinggi, Mereka ber-datang-an ke hadapan Sang Buddha me-mohon agar me-Wisuda Mereka untuk men-jalani Bodhisattva Sila serta me-mohon agar Sang Buddha tersebut mem-berkati Mereka agar Cita-cita Mereka ter-capai untuk menyelamatkan Para Makhluk yang sengsara di Alam Semesta, juga me-minta agar Sang Buddha sudi mengajari Mereka Dharma Sejati agar Mereka dapat mencapai Pembebasan Diri".


"Dari Rombongan Bhiksu tersebut terdapat Seorang Bhiksu yang bernama Suryagarbha. Bhiksu ini sangat cerdas dan memiliki Tingkat Kebijaksanaan yang sangat Tinggi, ia sangat Rajin menyebarkan Dharma dengan mengunjungi Vihara, Aranya, Tempat Ibadah Lain-nya, Pertemuan-pertemuan Umum di Desa maupun Kota.


Di dalam Khotbah-nya Ia selalu Memuji Para Bodhisattva yang menempuh Jalur Mahayana serta Jasa-Jasa yang telah Mereka lakukan. Ia juga Memuji Para Tathagata yang memiliki Jnana Luhur, Suci (Amala), dan Adil.


Sewaktu Bhiksu Suryagarbha ini sedang ber-Khotbah di suatu Pertemuan, datang-lah seorang Tetua (Sresthika) yang bernama Jyotisprabha, setelah mendengar Khotbah yang di-sampai-kan oleh Sang Bhiksu tentang Dharma Luhur ber-judul Mahayana Samatajnana (Kebijaksanaan yang ber-Keadilan di Jalur Mahayana), Ia merasa sangat gembira lalu Ia bangkit dari tempat duduk-Nya dan me-langkah men-dekat ke arah Bhiksu Suryagarbha sambil membawa Ramuan Obat Khusus yang bernama Haritaki dan Ramuan Obat Lain-nya.


Di depan Sang Bhiksu Orang ini ber-kata: Oh, Bhadanta, dari Khotbah-Khotbah Bhadanta, Saya pernah men-dengar bahwa ada Obat yang sangat ber-Khasiat yang ber-nama Amrta Osadhi, Obat ini membuat awet muda, Siapa yang me-minum-nya tidak akan menjadi tua atau mati dan Sekarang Saya telah menemukan-nya, ini-lah Obat yang Saya maksud !“.

Lalu Tetua tersebut ber-sujud hingga kepala-Nya menyentuh kaki Sang Bhiksu kemudian bangkit dan menyerahkan Ramuan Obat tersebut sambil ber-kata: Oh, Bhadanta, Aku persembah-kan Obat Amrta Osadhi ini kepada Bhadanta dan Para Sangha yang memerlukan-nya".


"Setelah menerima Obat Haritaki, Sang Suryagarbha kemudian mem-baca-kan suatu Dharani Penting untuk memenuhi keinginan dari Tetua tadi. Setelah menerima Pemberkatan tersebut perasaan Sresthika Jyotisprabha menjadi sangat gembira, lalu ia ber-sujud kepada Para Buddha di Sepuluh Penjuru Semesta dan Ia pun ber-Sumpah : Dari bahan-bahan yang Ku-peroleh dari Pegunungan Himalaya, Saya telah berhasil meramu Obat yang menurut Sang Bhadanta adalah suatu Buddha-Jnana. Ku-Persembah-kan pula Obat tersebut kepada Sang Bhadanta dan Para Sangha, untuk itu Saya me-mohon kepada Sang Bhadanta untuk mem-berkati-Ku agar Cita-Cita-Ku dapat terwujud.


Ada pun Cita-Cita-Ku adalah untuk tidak lagi meng-harap Berkah Anugerah dari Sorga atau Alam Semesta, melainkan ber-juang dan mencurahkan usaha-Ku ke Jalan menuju Anuttara Samyaksambodhi dan menjadi Buddha di Masa yang Akan Datang.


Akan tetapi sekali pun Aku nanti belum mencapai Tingkat ke-Buddha-an, jika ada Umat yang telah Mendengar atau Mengenal Nama-Ku lalu Ia Rajin mengucapkan-nya dengan penuh konsentrasi, pasti-lah Tiga Macam Penyakit pada Diri-nya akan lenyap.


Ke-Tiga Penyakit itu yaitu :

1.     Empat ratus macam Penyakit Fisik yang ada di dalam tubuh-nya. Penyakit ini akan ter-sembuh-kan setelah Sang Umat mengucapkan Nama Saya;


2.     Penyakit Pikiran berupa Pandangan keliru dan kebodohan. Penyakit ini pun akan ter-sembuh-kan sehingga Mereka tak akan terjatuh ke Alam Durgati (Alam Kesedihan) dan setelah Aku menjadi Buddha nanti, Ia akan dapat ter-lahir-kan di Negeri Buddha-Ku, di-mana di sana Mereka akan Aku bina hingga Mereka dapat memiliki Buddha-Jnana di Jalur Mahayana, dengan demikian maka Mereka akan ter-hindar dari terlahir di Alam Kesedihan selama-nya.


3.     Penyakit Kehidupan, di mana Makhluk Hidup yang ada di Alam Jambudvipa dan Tridusgati (Tiga Alam Rendah: Alam Neraka, Alam Setan Lapar, Alam Binatang) selalu ter-libat dalam kesengsaraan hidup. Jika Mereka mem-baca Nama Saya maka Mereka akan ter-hindar dari kesengsaraan. Jika hal ini tak terwujud, maka Aku rela untuk tidak menjadi Buddha.



Demikian pula Umat yang dengan Rajin dan Tekun selalu melakukan Pujaan, se-kedar merenung, atau melakukan Dhyana terhadap Gambaran Saya maka Ia pun akan ter-bekati dengan Kekuatan-Ku sehingga Tiga Halangan (Tri Avarana = Klesa, Karma, Vipaka) akan musnah dan lahir batin-nya menjadi se-demikian Suci-nya bagai-kan bening-nya Mustika Lazuardi.


Bagi yang telah mencapai Level ini maka Ia akan menguasai Keahlian Samata-Jnana dan Ke-bodhi-an-nya tidak akan pernah luntur.


Setelah meng-ucap-kan Sumpah tersebut lalu Sang Sresthika Jyotisprabha ber-sujud kepada Para Tathagata di Sepuluh Penjuru Semesta hingga kepala-Nya menyentuh lantai lalu Ia menaburkan bunga ke atas Kepala Bhiksu Suryagarbha sambil berkata: Oh, Bhadanta Yang Terhormat ! Hanya berkat Karma-Karma Baik yang Ku-tanam di Masa Lalu saja-lah maka di Kehidupan Ini Saya ber-Kesempatan Baik dapat bertemu dengan Bhadanta serta mendengar Dharma Samata-Jnana Buddha yang Bhadanta ajar-kan. Berkat Dharma itu-lah maka Pikiran-Ku menjadi ter-sadar-kan dan Aku pun dapat me-miliki Kebijaksanaan yang Luhur guna mencapai Pembebasan Diri.


Maka dari itu-lah Saya berani meng-ucap-kan Sumpah-Ku di hadapan Bhadanta untuk mem-bangkit-kan Bodhicitta-Ku serta menempuh Jalan Anuttara Samyaksambodhi.


Oh, Bhadanta, sekira-nya Sumpah-Ku itu memang benar ada-nya dan jika Saya memang dapat men-capai ke-Buddha-an, maka Saya minta di-beri per-tanda agar Bunga yang Ku-tabur-kan di atas Kepala Bhadanta dapat ber-ubah menjadi Puspa-Chatra (Tudung atau Payung Bunga) yang besar dan indah untuk menaungi Kepala Bhadanta, demikian Permohonan-Ku".


"Setelah Sang Jyotisprabha selesai meng-ucap-kan Permohonan tersebut, serta-merta Bunga-Bunga yang Ia tabur-kan di atas Kepala Sang Bhiksu per-lahan-lahan terangkat ke atas lalu ber-satu membentuk Tudung Raksasa yang me-mancar-kan sinar ber-warna ke-emas-an.

Para Hadirin yang ada di Pertemuan tersebut merasa sangat kagum atas Keindahan yang Mereka saksi-kan, lalu Mereka mem-beri-kan Pujian kepada Sang Srestika Jyotisprabha : Sadhu ! Sadhu ! Sadhu ! Oh Maha Srestikha !  Sumpah Anda benar-benar Luhur dan Agung, selain itu Anda juga me-miliki Kekuatan yang luar biasa. Kami yakin bahwa Anda pasti akan men-capai ke-Buddha-an di Masa Mendatang, lebih dari itu Kami pun menjadi me-miliki Kesempatan yang cerah pula untuk menempuh Jalan Ke-bodhi-an. Kami sungguh-sungguh yakin akan hal itu tanpa keraguan sedikit pun !"



* * * * * * * * * *