Kisah Tentang Sang Sresthika Jyotisprabha
Lalu Sang Buddha kembali ber-Sabda kepada Arya Ananda:
"Ketahui-lah Oh, Ananda yang Bijak ! Bagi
Mereka
yang telah Mendengar atau Mengenal ke-Dua Nama Bodhisattva tersebut lalu Ia meng-ingat-nya saja se-panjang waktu maka Mereka akan di-berkati dengan ber-bagai Kebaikan yang tak habis-habis-nya, apalagi jika ada Umat yang melaksanakan Ajaran Dharma yang ada di Sutra ini, Kamu bisa bayang-kan se-berapa banyak Pahala yang diterima oleh Umat tersebut".
Mendengar Ucapan Sang Buddha, langsung Arya Ananda sadar
bahwa Sang Buddha sedari tadi terus menerus
Menyanjung dan Memuji Jasa-Jasa
ke-Dua Bodhisattva.
Kebaikan yang di-miliki
oleh ke-Dua Bodhisattva ini telah menyentuh Perasaan Welas Asih Sang Buddha.
Lalu, Yang Arya Ananda meng-ambil inisiatif
untuk mengajukan pertanyaan, kemudian Ia
pun bangkit dari tempat duduk-Nya
dan mengelilingi Sang Buddha se-banyak tujuh kali, kemudian ber-lutut sambil ber-Anjali.
"Oh Bhagawan Yang Mulia ! Sudi-lah kira-nya Sang Bhagawan men-cerita-kan cerita Masa Lampau
ke-Dua Bodhisattva, Perbuatan atau Dharma apa yang Mereka praktek-kan sehingga Mereka mencapai Kesuksesan seperti yang Mereka raih Saat Ini ?.
Serta Perbuatan Baik apa yang telah Mereka lakukan sehingga pada Saat Ini Mereka bagai-kan Genta Alamat Brahma yang ber-gema sangat dahsyat-nya serta mendapat Sanjungan baik oleh
Sang Bhagawan maupun Khalayak
ramai.
Khusus-nya pada Hari Ini,
ke-dua pasang mata Sang
Bhagawan
pun menjadi ber-kilau-an terus menerus bagai-kan sepasang Mutiara Manikam. Ini merupakan Pertanda Baik yang
sejak Dahulu belum pernah Kami lihat sebelum-nya. Untuk itu sekali lagi Kami me-mohon agar Sang Bhagawan
dapat men-cerita-kan kisah Masa Lalu
Mereka kepada Kami sekalian !.
Kemudian Sang Buddha menjawab, "Dengar-kan-lah
baik-baik, Oh, Ananda dan Para Hadirin
sekalian yang Ku-Hormati !
Pada Masa Lampau, ber-Asamkhya-Kalpa yang Lampau,
ketika itu terdapat seorang Buddha yang bernama
Vaidurya-Nirbhasa Tathagata,
Arahat,
SamyaksamBuddha, Vidyacarana-sampana,
Sugata, Lokavid, Anuttara, Purusa-Damya-Sarathi,
Sasta-Devamanusyanam, Buddha Lokanatha'ti.
Nama Kalpa-Nya adalah “Saddharma-Yoga-Ksemam”
dan Nama
Negeri Buddha-Nya adalah “Vaijayanti Pataka”.
Rakyat-Nya memiliki umur yang panjang, mencapai 8 Kalpa Besar sedangkan Buddha
Vaidurya-Nirbhasa sendiri umur-Nya
mencapai 16 Kalpa Besar setelah itu
ia ber-Parinirvana dengan posisi duduk di atas Takhta-Nya (Padma-Nisanna).
Periode Kejayaan Dharma (Saddharma) adalah 8 Kalpa dan Periode Pertengahan Dharma-Nya (Dharmapratirupaka) juga 8 Kalpa.
Pada Masa itu di Alam Buddha-Nya terdapat Seribu Orang Bhiksu yang telah ber-Tekad dan mem-bangkit-kan Bodhicitta-nya ke Tingkat
yang Tinggi, Mereka ber-datang-an ke hadapan Sang Buddha me-mohon agar me-Wisuda Mereka untuk men-jalani Bodhisattva
Sila
serta me-mohon
agar Sang Buddha tersebut mem-berkati Mereka agar Cita-cita Mereka ter-capai untuk menyelamatkan
Para Makhluk yang sengsara di Alam Semesta,
juga me-minta agar Sang Buddha
sudi mengajari Mereka Dharma Sejati agar Mereka dapat mencapai Pembebasan Diri".
"Dari Rombongan Bhiksu tersebut terdapat Seorang Bhiksu yang bernama Suryagarbha. Bhiksu ini sangat
cerdas dan memiliki Tingkat
Kebijaksanaan yang sangat
Tinggi, ia sangat Rajin menyebarkan Dharma dengan
mengunjungi Vihara,
Aranya, Tempat Ibadah Lain-nya,
Pertemuan-pertemuan Umum di Desa maupun Kota.
Di dalam Khotbah-nya Ia
selalu Memuji Para Bodhisattva yang menempuh Jalur Mahayana serta Jasa-Jasa yang telah Mereka lakukan. Ia juga Memuji Para Tathagata yang memiliki Jnana Luhur, Suci (Amala), dan Adil.
Sewaktu Bhiksu Suryagarbha ini
sedang ber-Khotbah di suatu Pertemuan, datang-lah seorang Tetua (Sresthika) yang bernama Jyotisprabha, setelah mendengar Khotbah yang di-sampai-kan oleh Sang Bhiksu tentang Dharma Luhur ber-judul Mahayana Samatajnana
(Kebijaksanaan yang ber-Keadilan
di Jalur Mahayana), Ia merasa sangat gembira lalu Ia bangkit dari tempat duduk-Nya dan me-langkah men-dekat ke arah Bhiksu Suryagarbha sambil membawa Ramuan Obat Khusus
yang bernama Haritaki dan Ramuan Obat Lain-nya.
Di depan Sang Bhiksu
Orang ini ber-kata: “Oh, Bhadanta, dari Khotbah-Khotbah Bhadanta, Saya pernah men-dengar bahwa ada Obat yang sangat ber-Khasiat yang ber-nama Amrta Osadhi, Obat ini membuat awet muda, Siapa yang me-minum-nya tidak akan menjadi
tua atau mati dan Sekarang
Saya telah menemukan-nya, ini-lah Obat
yang Saya maksud !“.
Lalu Tetua tersebut
ber-sujud hingga kepala-Nya menyentuh kaki Sang Bhiksu
kemudian bangkit dan menyerahkan Ramuan Obat tersebut sambil ber-kata: “Oh, Bhadanta, Aku persembah-kan Obat Amrta Osadhi ini kepada Bhadanta dan Para Sangha
yang memerlukan-nya".
"Setelah menerima Obat Haritaki,
Sang Suryagarbha kemudian mem-baca-kan suatu Dharani Penting untuk memenuhi keinginan dari Tetua tadi. Setelah menerima Pemberkatan tersebut perasaan Sresthika Jyotisprabha menjadi sangat gembira, lalu ia
ber-sujud kepada Para Buddha di Sepuluh Penjuru Semesta dan Ia pun
ber-Sumpah : “Dari bahan-bahan yang Ku-peroleh
dari Pegunungan Himalaya, Saya telah berhasil meramu Obat yang menurut
Sang Bhadanta adalah suatu Buddha-Jnana.
Ku-Persembah-kan pula Obat tersebut kepada Sang Bhadanta dan Para Sangha,
untuk itu Saya me-mohon kepada Sang Bhadanta untuk mem-berkati-Ku agar Cita-Cita-Ku dapat
terwujud.
Ada pun Cita-Cita-Ku
adalah untuk tidak lagi meng-harap
Berkah Anugerah dari Sorga atau Alam Semesta,
melainkan ber-juang
dan mencurahkan usaha-Ku ke Jalan menuju Anuttara Samyaksambodhi dan menjadi
Buddha di Masa yang Akan Datang.
Akan tetapi sekali pun Aku
nanti belum mencapai Tingkat ke-Buddha-an, jika ada Umat yang telah Mendengar atau Mengenal Nama-Ku
lalu Ia Rajin mengucapkan-nya dengan penuh
konsentrasi, pasti-lah Tiga Macam
Penyakit pada Diri-nya
akan lenyap.
Ke-Tiga
Penyakit
itu yaitu :
1. Empat ratus macam Penyakit Fisik yang ada di dalam tubuh-nya. Penyakit ini akan ter-sembuh-kan setelah Sang Umat
mengucapkan Nama Saya;
2. Penyakit Pikiran berupa Pandangan keliru dan kebodohan. Penyakit ini
pun akan ter-sembuh-kan sehingga Mereka tak akan terjatuh ke Alam Durgati
(Alam Kesedihan) dan setelah Aku
menjadi Buddha nanti, Ia akan dapat ter-lahir-kan di Negeri Buddha-Ku, di-mana di sana Mereka akan Aku bina hingga Mereka dapat memiliki Buddha-Jnana di Jalur
Mahayana, dengan demikian maka Mereka
akan ter-hindar dari terlahir di Alam Kesedihan
selama-nya.
3. Penyakit Kehidupan, di mana Makhluk Hidup yang ada di Alam Jambudvipa dan Tridusgati
(Tiga Alam Rendah: Alam Neraka, Alam Setan Lapar, Alam
Binatang) selalu ter-libat
dalam kesengsaraan hidup. Jika Mereka
mem-baca Nama Saya
maka Mereka akan ter-hindar dari kesengsaraan. Jika hal ini tak
terwujud, maka Aku
rela untuk tidak menjadi Buddha.
Demikian pula Umat yang dengan Rajin dan Tekun selalu melakukan Pujaan, se-kedar merenung, atau melakukan
Dhyana terhadap Gambaran
Saya maka Ia pun akan ter-bekati dengan Kekuatan-Ku sehingga Tiga Halangan
(Tri Avarana = Klesa, Karma, Vipaka) akan musnah dan lahir batin-nya menjadi se-demikian Suci-nya
bagai-kan bening-nya Mustika
Lazuardi.
Bagi yang telah mencapai Level ini maka Ia akan menguasai Keahlian Samata-Jnana
dan Ke-bodhi-an-nya
tidak akan pernah luntur.
Setelah meng-ucap-kan
Sumpah tersebut lalu Sang
Sresthika Jyotisprabha ber-sujud
kepada Para Tathagata di Sepuluh Penjuru Semesta hingga kepala-Nya menyentuh lantai lalu Ia menaburkan bunga ke atas Kepala Bhiksu Suryagarbha sambil berkata: “Oh, Bhadanta Yang Terhormat ! Hanya berkat Karma-Karma Baik yang Ku-tanam
di Masa Lalu saja-lah maka
di Kehidupan Ini Saya
ber-Kesempatan Baik dapat bertemu dengan Bhadanta serta
mendengar Dharma Samata-Jnana
Buddha yang Bhadanta ajar-kan. Berkat Dharma itu-lah maka Pikiran-Ku menjadi ter-sadar-kan dan Aku pun
dapat me-miliki Kebijaksanaan
yang Luhur guna mencapai Pembebasan Diri.
Maka dari itu-lah Saya berani meng-ucap-kan
Sumpah-Ku di hadapan Bhadanta untuk mem-bangkit-kan Bodhicitta-Ku serta menempuh Jalan Anuttara
Samyaksambodhi.
Oh, Bhadanta, sekira-nya Sumpah-Ku itu memang benar ada-nya dan jika Saya memang
dapat men-capai ke-Buddha-an, maka Saya minta di-beri per-tanda agar Bunga yang Ku-tabur-kan di atas Kepala Bhadanta dapat ber-ubah menjadi Puspa-Chatra (Tudung atau Payung
Bunga) yang besar dan
indah untuk menaungi Kepala Bhadanta, demikian Permohonan-Ku".
"Setelah Sang Jyotisprabha
selesai meng-ucap-kan Permohonan
tersebut, serta-merta Bunga-Bunga yang Ia tabur-kan di atas Kepala Sang Bhiksu per-lahan-lahan terangkat ke atas lalu ber-satu membentuk Tudung Raksasa yang me-mancar-kan sinar ber-warna ke-emas-an.
Para Hadirin yang ada di Pertemuan tersebut merasa sangat kagum atas Keindahan yang Mereka saksi-kan, lalu Mereka mem-beri-kan
Pujian kepada Sang
Srestika
Jyotisprabha : “Sadhu !
Sadhu ! Sadhu !
Oh Maha Srestikha ! Sumpah
Anda benar-benar Luhur dan Agung, selain itu Anda juga me-miliki Kekuatan yang luar biasa. Kami yakin bahwa Anda pasti akan men-capai ke-Buddha-an di Masa Mendatang,
lebih dari itu Kami
pun menjadi me-miliki
Kesempatan yang cerah
pula untuk menempuh Jalan Ke-bodhi-an. Kami sungguh-sungguh yakin akan hal itu
tanpa keraguan sedikit pun !"
* * * * *
* * * * *