BAB 9

Tata Cara Meditasi Perenungan (Dhyana) terhadap BODHISATTVA BHAISAJYARAJA


Lalu Sang Buddha me-lanjut-kan Sabda-Nya tentang Dharma Penting kepada Para Hadirin Sekalian. Ini-lah Tata Cara yang harus Kalian ikuti untuk melakukan Meditasi Perenungan (Dhyana) terhadap ke-Dua Bodhisattva itu.

Lakukan-lah perenungan kepada Bodhisattva Bhaisajyaraja terlebih dahulu.

Tata Cara Meditasi Perenungan (Dhyana) terhadap Bodhisattva Bhaisajyaraja




Ada Lima Tahap yang harus di-laku-kan pada saat melakukan Perenungan ( Catatan: Lakukan satu per satu pada saat yang ter-pisah, bukan di-laku-kan semua-nya sekaligus ), yaitu:


1. Melakukan Perenungan terhadap Sang Bodhisattva sambil meng-hitung napas sendiri dengan wajar dan tenang (Anapana Smrti).

2. Melakukan Perenungan dengan menenangkan dan meng-konsentrasi-kan Pikiran.

3.        Melakukan Perenungan sambil menahan napas.

4.        Melakukan Perenungan terhadap Gambaran Sang Bodhisattva dengan Sifat-sifat dan Ciri-ciri Agung yang sama dengan yang di-miliki oleh Sang Buddha.

5.        Melakukan Perenungan untuk menyakinkan dan me-mantap-kan Tekad dan Pikiran dalam melakukan Samadhi-Samadhi ini.

Demikian-lah agar Tata Cara ini di-praktek-kan dengan sebaik-baik-nya.


* * *


"Wahai Ajita, jika ada Umat ber-Budi yang ber-Tekad untuk ber-Sungguh-sungguh melakukan Tata Cara Perenungan tersebut dengan Rajin dan Tekun maka suatu saat Ia akan men-dapat Kesempatan melihat Gambaran (Ruphang) Sang Bodhisattva Bhaisajyaraja muncul di hadapan-nya dalam Meditasi-nya.


Tinggi dari Gambaran Bodhisattva tersebut adalah 12 Yojana, akan tetapi ukuran Gambaran dapat mengecil dengan sendiri-nya agar lebih mudah ter-lihat dan di-amati. Ukuran-nya dapat mengecil menjadi 180 Mistar (kira-kira 60 Meter) atau lebih kecil lagi hanya 8 Mistar (sekitar 21/2 Meter).


Tubuh-Nya ber-warna ke-emas-an dan me-miliki 32 Tanda Keagungan dan 80 Ke-istimewa-an, persis tanda-tanda yang di-miliki seorang Buddha.


Beliau me-miliki sembulan ubun-ubun di atas Kepala-Nya yang ter-hiasi dengan 14 butir Mutiara Manikam. Pada setiap Manikam terdapat 14 sanding dan setiap sanding ter-hiasi dengan 14 Kuntum Bunga sehingga mem-bentuk Mahkota yang indah.


Demikian pula, Para Buddha dan Bodhisattva yang berada di Sepuluh Penjuru Semesta pun ikut menampakkan wujud-Nya di atas Mahkota Mutiara yang Ia kena-kan.


Di kening Bodhisattva ini terdapat se-utas rambut putih yang me-mancar-kan sinar yang warna-nya bagai-kan lazuardi putih dan sinar ini me-lingkar-lingkar di tubuh-Nya se-banyak Tujuh Lingkaran hingga tampak seperti kelambu yang melindungi-Nya.


Dari pori-pori tubuh-Nya ter-pancar sinar indah ber-warna seperti untaian Mutiara Manikam yang ber-jumlah 84 ribu butir. Untaian Mutiara ini ber-putar dari kanan ke kiri menyerupai sebuah tembok Sapta-Ratna yang sangat indah.


Di dalam tembok tersebut tumbuh Bunga Utpala Raksasa, di setiap kuntum Bunga ini muncul Gambaran Buddha setinggi 160 Mistar dan setiap Gambaran Buddha di-kelilingi 500 Gambaran Bodhisattva.


Ke-dua lengan Bodhisattva tersebut panjang sekali, kulit-Nya ber-warna Sapta-Ratna, dari ujung jari ke-dua tangan-Nya selalu muncul Tujuh Mustika.


* * *


Oh, Ajita, Umat yang dalam Meditasi atau Dhyana-nya melihat ujung jari Bodhisattva ini dengan serta merta akan ter-sembuh-kan dari 440 macam penyakit dan Pikiran atau Batin-nya tak akan ter-ganggu oleh klesa.


Ke-dua kaki dari Bodhisattva ini juga dapat mengeluarkan Mustika Vajra (Berlian), di mana setiap Vajra akan secara otomatis menjadi beberapa Singgasana ber-mutu Ratna-Megha, di atas setiap Singgasana muncul Gambaran seorang Bodhisattva yang di-kelilingi oleh Para Dewa-Dewi.


Para Bodhisattva tersebut tampak sedang meng-Khotbah-kan Dharma tentang Empat Arya-Satya yaitu
Dharma tentang Penderitaan (Dukkha),
Ke-kosong-an (Sunyata),
Ke-tidak-kekal-an (Anitya),
Tanpa Aku (Atman)
juga Dharma Lain-nya tentang bagaimana melaksanakan Bodhisattva ¨CCarya kepada Murid-Murid-Nya.


Oh, Ajita, jika Umat itu telah mencapai Tahap seperti itu dalam Meditasi Perenungan-nya maka Umat itu di-nama-kan telah men-capai "Dhyana Tingkat Pertama".


* * *


"Pada Dhyana Tingkat Ke-dua Perenungan ber-alih kepada Perenungan terhadap Ciri-ciri Sang Bodhisattva serta Pahala-Pahala atau Jasa-Jasa apa yang telah Sang Bodhisattva lakukan di Kehidupan-Kehidupan Sebelum-nya sehingga men-dapat-kan tubuh yang se-demikian indah dan Sempurna-nya.


Setelah Sang Umat melakukan Perenungan ini maka Ia akan me-rasa-kan daya pikiran-nya menjadi semakin tajam dan luas sehingga se-ketika itu pula Ia dapat me-lihat Gambaran Sang Bodhisattva dengan lengkap dan seksama dan Mereka akan me-lihat dan me-rasa-kan bahwa Sang Bodhisattva me-miliki sekuntum Bunga Candana yang bagai-kan Mustika Manikam yang sedang mekar.


Cahaya yang ter-pencar dari Bunga Candana ini mengelilingi tubuh-nya sehingga tampak bagai-kan ribuan Gunung Mestika, di setiap Gunung terdapat 500 Koti Goa (Cekungan) Mestika yang di dalam-nya terdapat 10 Koti Gambaran Buddha dengan roman muka yang ber-seri-seri.


Para Buddha tersebut akan menyampaikan Pujian kepada Bodhisattva Bhaisajyaraja dan men-cerita-kan kisah perjalanan Kehidupan Suci-Nya kepada Sang Umat.


Jika Sang Umat telah mencapai Tingkatan Dhyana ini maka Ia dapat me-lihat Para Buddha yang berada di Sepuluh Penjuru Semesta dan men-dengar-kan Dharma Ciri Khas Para Buddha tersebut".


* * *


"Se-lanjut-nya, Oh, Ajita ! Bodhisattva Bhaisajyaraja kemudian akan me-mancar-kan ratus-an Koti sinar Ratnamani dari pori-pori tubuh-Nya, sinar ini akan menyinari tubuh Sang Umat.


Jika Sang Umat telah ter-sinari sinar tersebut maka ke-enam indera-nya akan di-suci-kan secara total hingga dapat me-lihat Alam-Alam Lain di Sepuluh Penjuru Semesta yang jauh-nya hingga lima juta Koyi Nayota be-serta Para Buddha dan Bodhisattva yang ada di Alam tersebut.


Sang Bodhisattva juga akan menerangkan tentang Sari Amrta yang bisa meng-hilang-kan Karma buruk kepada Sang Umat, bahwa setelah me-minum Sari Amrta maka langsung Ia akan men-dapat-kan Keahlian berupa 5 juta Koti Avarta Dharani Mukha.


Berkah-Berkah yang me-limpah yang akan di-terima oleh Umat yang me-laksana-kan Dhyana ini adalah Berkat Purva-Pranidhana (Inisiatif Murni) dari Sang Bodhisattva Bhaisajyaraja.


Beliau ber-keinginan agar Murid-Murid-Nya dapat sukses mem-pelajari Dharma dan men-capai Cita-cita Suci-Nya, selain itu Keberkahan itu juga karena Sang Umat sendiri yang telah ber-bulat Tekad dan Tekun me-laksana-kan Dhyana ini'.


"Bagi Umat yang telah men-capai Tingkatan Dharma ini maka akan muncul di hadapan Para Buddha dan Bodhisattva yang akan menyampaikan Dharma Penting yang sangat dalam arti-nya ber-judul Sad Paramita agar Sang Umat dapat terus mem-praktek-kan Dhyana-nya hingga men-capai Tingkatan Penguasaan Dharma yang Tinggi dan me-miliki ratus-an ribu Koti Keahlian Dhyana Buddha Samadhi Mukha.


* * *


"Oh, Ajita, setelah Aku ber-Parinirvana nanti, jika terdapat Umat, Para Dewa, Malaikat, Naga, Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka dan Upasika yang ingin ber-Kesempatan melihat Gambaran Bodhisattva Bhaisajyaraja serta ingin Memuja Nama Beliau, maka Mereka harus me-laksanakan ke-dua Tahapan berikut ini, yakni :


1. Mereka harus mem-bangkit-kan Bodhicitta-nya dan men-jalan-kan Sila Bodhisattva.

Jika mereka mampu men-jalan-kan Sila Bodhisattva dengan Sempurna maka Para Bodhisattva yang berada di Sepuluh Penjuru Semesta akan datang muncul di hadapan-nya. Kemudian Sang Bhaisajyaraja pun akan muncul sebagai Guru-nya yang akan mengajarkan ribu-an macam Dharani kepada Mereka.

Berkah-Berkah serta Ajaran Dharani dari Sang Bhaisajyaraja maka Karma buruk yang di-buat-nya se-panjang 90 Koti Kalpa lama-nya akan ter-hapus dengan se-ketika dan Ia pun akan memperoleh Keahlian Dharma berupa Anutpattika Dharma Ksanti.



2. Mereka harus men-jalan-kan Empat Metode Dharma.


Karena Batin dan Pikiran Mereka telah ter-pengaruh oleh Klesa, maka bagi Mereka yang ingin ber-jumpa dengan Sang Bhaisajyaraja harus-lah melakukan

a. Me-miliki dan mengembangkan perasaan Cinta Kasih, tidak mem-bunuh, tidak melakukan 10 Perbuatan Tercela (Dasa Akusala Karma), Rajin mem-baca atau mem-pelajari dan meng-ingat Dharma, Rajin dan penuh Semangat dalam melakukan segala usaha.


b. Menghormati Guru dan Orangtua, jika ber-Kemampuan memberikan Sedekah kepada Mereka. Menyediakan Penerangan yang baik di rumah Mereka, jika mampu juga boleh memberikan Penerangan pula di Vihara-Vihara, Aula Dharma, atau kamar Para Sangha.


c. Melakukan Samadhi dengan Rajin, ber-kelana dan ber-Meditasi ke tempat yang jauh, sunyi, ter-pencil, atau ter-isolir agar dapat melatih diri dengan 12 Dutha rasa penderitaan.


d. Berani mengorbankan harta, kekayaan, kepemilikan, bahkan nyawa tanpa merasa kecewa atau kehilangan.


 * * *


Ketahui-lah, bagi Para Umat yang me-laksana-kan metode ini maka Ia akan dapat me-lihat Bodhisattva Bhaisajyaraja hanya dengan meng-ingat Sifat-sifat Agung-Nya saja.


Bahkan Mereka pun dapat ber-jumpa di dalam mimpi-nya di-mana Sang Bhaisajyaraja akan mengajarkan Dharma-Dharma Penting dan pada saat ter-bangun Mereka akan mampu meng-ingat peristiwa tersebut bagai-kan suatu pengalaman yang nyata.


Lebih dari itu, Mereka pun akan mampu meng-ingat ratus-an bahkan ribu-an Kehidupan-nya di Masa Lampau. Berkat pengalaman seperti ini-lah maka Mereka menjadi Rajin pergi ke Vihara guna melakukan Persembahan kepada Sang Bodhisattva Bhaisajyaraja dan Mereka pun akan mem-peroleh suatu Keahlian Samadhi baru yang bernama Dhyana Buddha Samudra.


Di samping itu, Mereka pun akan ber-Kesempatan ber-jumpa dengan Para Bodhisattva Pengikut Sang Bhaisajyaraja dan Mereka pun dapat mem-pelajari Dharma-Dharma yang di-ajar-kan oleh Para Bodhisattva tersebut".


* * * *


Lalu Sang Buddha ber-alih kepada Arya Ananda, "O, Ananda apabila Aku telah ber-Parinirvana, jika terdapat Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, dan Upasika yang men-jalan-kan apa yang telah Aku urai-kan tadi, dengan giat me-laksana-kan Dhyana terhadap Bodhisattva Bhaisajyaraja serta Memuliakan Nama-nya, maka Karma buruk mereka yang berasal dari 800 ribu Kalpa yang Lampau akan ter-hapus-kan se-ketika.


Bagi Mereka yang hanya Rajin menyebut Nama serta ber-sujud pada Gambaran-Nya, maka Kehidupan Mereka akan selalu dalam keadaan aman dan tentram, Mereka tak akan mengalami kecelakaan fatal atau kematian akibat kecelakaan.


Oh, Ananda, Tata Cara Pelaksanaan Dhyana ini disebut Dhyana yang Benar, jika lain dari Tata Cara ini maka disebut Dhyana yang Keliru".


* * * * * * * * * * *