Tata Cara Meditasi Perenungan (Dhyana) terhadap BODHISATTVA BHAISAJYARAJA
Lalu Sang Buddha me-lanjut-kan Sabda-Nya tentang Dharma Penting kepada Para Hadirin
Sekalian. Ini-lah
Tata Cara yang harus Kalian ikuti untuk melakukan Meditasi Perenungan (Dhyana) terhadap ke-Dua Bodhisattva itu.
Lakukan-lah perenungan kepada
Bodhisattva Bhaisajyaraja terlebih dahulu.
Tata Cara
Meditasi Perenungan (Dhyana) terhadap Bodhisattva Bhaisajyaraja
Ada Lima Tahap yang harus di-laku-kan
pada saat melakukan Perenungan
( Catatan:
Lakukan
satu per satu pada saat yang ter-pisah, bukan di-laku-kan semua-nya sekaligus ), yaitu:
1. Melakukan Perenungan terhadap Sang Bodhisattva sambil
meng-hitung napas sendiri
dengan wajar dan tenang (Anapana
Smrti).
2. Melakukan
Perenungan dengan menenangkan
dan meng-konsentrasi-kan Pikiran.
3. Melakukan Perenungan
sambil menahan napas.
4. Melakukan Perenungan terhadap Gambaran Sang Bodhisattva dengan Sifat-sifat dan Ciri-ciri Agung yang sama
dengan yang di-miliki
oleh Sang Buddha.
5. Melakukan Perenungan untuk menyakinkan dan me-mantap-kan Tekad
dan Pikiran dalam melakukan Samadhi-Samadhi ini.
Demikian-lah agar Tata Cara
ini di-praktek-kan dengan sebaik-baik-nya.
* * *
"Wahai Ajita, jika ada Umat ber-Budi yang ber-Tekad untuk ber-Sungguh-sungguh melakukan Tata Cara Perenungan tersebut dengan Rajin dan Tekun maka suatu saat Ia akan men-dapat Kesempatan melihat Gambaran (Ruphang) Sang Bodhisattva Bhaisajyaraja muncul di
hadapan-nya
dalam Meditasi-nya.
Tinggi dari Gambaran Bodhisattva
tersebut adalah 12 Yojana, akan
tetapi ukuran Gambaran
dapat mengecil dengan sendiri-nya
agar lebih mudah ter-lihat dan di-amati. Ukuran-nya dapat mengecil menjadi 180 Mistar
(kira-kira 60 Meter)
atau lebih kecil lagi hanya 8 Mistar (sekitar 21/2
Meter).
Tubuh-Nya ber-warna ke-emas-an
dan me-miliki 32 Tanda Keagungan dan 80 Ke-istimewa-an, persis tanda-tanda yang di-miliki seorang Buddha.
Beliau me-miliki sembulan ubun-ubun di atas Kepala-Nya yang ter-hiasi dengan 14 butir Mutiara Manikam. Pada
setiap Manikam terdapat 14
sanding dan setiap sanding ter-hiasi
dengan 14 Kuntum Bunga sehingga mem-bentuk Mahkota yang indah.
Demikian pula, Para Buddha dan Bodhisattva yang berada di Sepuluh Penjuru Semesta pun ikut menampakkan
wujud-Nya di atas Mahkota Mutiara yang Ia kena-kan.
Di kening Bodhisattva ini
terdapat se-utas rambut putih yang me-mancar-kan sinar yang warna-nya bagai-kan lazuardi putih dan sinar ini me-lingkar-lingkar di
tubuh-Nya se-banyak Tujuh Lingkaran hingga tampak seperti kelambu yang
melindungi-Nya.
Dari pori-pori tubuh-Nya ter-pancar sinar indah ber-warna seperti untaian Mutiara Manikam yang ber-jumlah 84 ribu butir. Untaian Mutiara ini ber-putar dari kanan ke kiri menyerupai sebuah
tembok Sapta-Ratna yang sangat indah.
Di dalam tembok tersebut tumbuh Bunga Utpala Raksasa, di setiap kuntum Bunga ini muncul Gambaran Buddha setinggi
160 Mistar dan setiap Gambaran
Buddha di-kelilingi 500 Gambaran Bodhisattva.
Ke-dua lengan Bodhisattva
tersebut panjang sekali, kulit-Nya
ber-warna Sapta-Ratna, dari ujung jari ke-dua tangan-Nya selalu muncul
Tujuh Mustika.
* * *
Oh, Ajita, Umat yang dalam Meditasi atau Dhyana-nya melihat ujung jari Bodhisattva ini
dengan serta merta akan ter-sembuh-kan dari 440 macam penyakit dan Pikiran atau Batin-nya
tak akan ter-ganggu
oleh klesa.
Ke-dua kaki dari Bodhisattva ini juga dapat
mengeluarkan Mustika
Vajra (Berlian), di mana
setiap Vajra akan secara
otomatis menjadi beberapa Singgasana
ber-mutu Ratna-Megha, di atas setiap Singgasana muncul Gambaran seorang Bodhisattva yang di-kelilingi oleh Para Dewa-Dewi.
Para Bodhisattva tersebut
tampak sedang meng-Khotbah-kan Dharma
tentang “Empat Arya-Satya” yaitu
Dharma tentang Penderitaan (Dukkha),
Ke-kosong-an (Sunyata),
Ke-tidak-kekal-an (Anitya),
Tanpa Aku (Atman)
juga Dharma Lain-nya
tentang bagaimana melaksanakan Bodhisattva ¨CCarya kepada Murid-Murid-Nya.
Oh, Ajita, jika Umat itu telah mencapai Tahap seperti
itu dalam Meditasi Perenungan-nya maka Umat itu di-nama-kan
telah men-capai "Dhyana Tingkat Pertama".
* * *
"Pada Dhyana Tingkat Ke-dua
Perenungan ber-alih kepada Perenungan terhadap Ciri-ciri Sang Bodhisattva
serta Pahala-Pahala atau Jasa-Jasa
apa yang telah Sang Bodhisattva lakukan di Kehidupan-Kehidupan Sebelum-nya sehingga men-dapat-kan tubuh yang se-demikian indah dan Sempurna-nya.
Setelah Sang Umat
melakukan Perenungan ini maka Ia akan me-rasa-kan
daya pikiran-nya
menjadi semakin tajam dan luas sehingga
se-ketika itu pula Ia dapat me-lihat Gambaran Sang Bodhisattva dengan lengkap dan
seksama dan Mereka akan me-lihat dan me-rasa-kan
bahwa Sang Bodhisattva me-miliki
sekuntum Bunga Candana yang bagai-kan Mustika
Manikam yang sedang
mekar.
Cahaya yang ter-pencar dari Bunga Candana ini mengelilingi tubuh-nya sehingga tampak bagai-kan ribuan Gunung Mestika, di setiap Gunung terdapat 500 Koti Goa (Cekungan)
Mestika yang di dalam-nya terdapat 10 Koti Gambaran
Buddha dengan roman muka yang ber-seri-seri.
Para Buddha tersebut akan
menyampaikan Pujian
kepada Bodhisattva Bhaisajyaraja dan men-cerita-kan kisah
perjalanan Kehidupan Suci-Nya
kepada Sang Umat.
Jika Sang Umat
telah mencapai Tingkatan
Dhyana ini maka Ia dapat me-lihat Para Buddha yang berada di Sepuluh Penjuru Semesta dan men-dengar-kan Dharma
Ciri Khas Para
Buddha tersebut".
* * *
"Se-lanjut-nya, Oh, Ajita !
Bodhisattva Bhaisajyaraja kemudian akan me-mancar-kan ratus-an Koti sinar Ratnamani
dari pori-pori tubuh-Nya, sinar
ini akan menyinari tubuh Sang
Umat.
Jika Sang Umat
telah ter-sinari sinar tersebut maka ke-enam indera-nya akan di-suci-kan
secara total hingga dapat me-lihat
Alam-Alam Lain
di Sepuluh Penjuru Semesta yang jauh-nya hingga lima juta Koyi Nayota be-serta Para Buddha dan Bodhisattva yang ada di Alam tersebut.
Sang Bodhisattva juga akan
menerangkan tentang Sari Amrta yang
bisa meng-hilang-kan Karma
buruk kepada Sang Umat, bahwa setelah me-minum Sari
Amrta maka langsung Ia akan men-dapat-kan Keahlian
berupa 5 juta Koti Avarta
Dharani Mukha.
Berkah-Berkah yang me-limpah yang akan di-terima
oleh Umat yang me-laksana-kan Dhyana ini adalah Berkat Purva-Pranidhana (Inisiatif Murni) dari Sang Bodhisattva
Bhaisajyaraja.
Beliau ber-keinginan agar Murid-Murid-Nya dapat sukses mem-pelajari Dharma
dan men-capai Cita-cita Suci-Nya,
selain itu Keberkahan itu juga
karena Sang Umat sendiri yang telah ber-bulat Tekad dan
Tekun me-laksana-kan Dhyana ini'.
"Bagi Umat yang telah men-capai Tingkatan Dharma ini maka akan muncul di hadapan Para Buddha dan
Bodhisattva yang akan menyampaikan Dharma
Penting yang sangat dalam
arti-nya ber-judul Sad
Paramita agar Sang Umat
dapat terus mem-praktek-kan Dhyana-nya hingga men-capai Tingkatan Penguasaan Dharma yang Tinggi dan me-miliki ratus-an ribu Koti Keahlian Dhyana Buddha Samadhi Mukha.
* * *
"Oh, Ajita, setelah Aku ber-Parinirvana nanti, jika terdapat Umat,
Para Dewa, Malaikat, Naga, Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka dan Upasika yang ingin ber-Kesempatan melihat Gambaran Bodhisattva Bhaisajyaraja serta ingin Memuja Nama Beliau,
maka Mereka harus me-laksanakan ke-dua Tahapan
berikut ini, yakni :
1. Mereka harus mem-bangkit-kan Bodhicitta-nya dan men-jalan-kan Sila
Bodhisattva.
Jika mereka mampu men-jalan-kan Sila
Bodhisattva dengan Sempurna
maka Para Bodhisattva yang
berada di Sepuluh Penjuru Semesta akan datang muncul di hadapan-nya. Kemudian Sang Bhaisajyaraja pun akan
muncul sebagai Guru-nya yang akan mengajarkan ribu-an macam Dharani kepada Mereka.
Berkah-Berkah serta Ajaran Dharani dari
Sang Bhaisajyaraja maka Karma
buruk yang di-buat-nya se-panjang 90 Koti Kalpa lama-nya akan ter-hapus dengan
se-ketika dan Ia pun akan memperoleh Keahlian Dharma berupa Anutpattika Dharma Ksanti.
2. Mereka harus men-jalan-kan Empat Metode Dharma.
Karena Batin dan Pikiran Mereka telah ter-pengaruh oleh
Klesa, maka bagi Mereka yang ingin ber-jumpa dengan Sang Bhaisajyaraja harus-lah melakukan
Empat Metode Dharma,
yaitu :
a. Me-miliki dan mengembangkan perasaan Cinta Kasih, tidak mem-bunuh, tidak melakukan 10 Perbuatan Tercela (Dasa
Akusala Karma), Rajin
mem-baca atau mem-pelajari
dan meng-ingat Dharma, Rajin dan
penuh Semangat dalam melakukan
segala usaha.
b. Menghormati Guru dan Orangtua, jika ber-Kemampuan memberikan Sedekah kepada Mereka. Menyediakan
Penerangan yang baik di
rumah Mereka, jika mampu juga
boleh memberikan Penerangan
pula di Vihara-Vihara, Aula Dharma,
atau kamar Para Sangha.
c. Melakukan Samadhi dengan Rajin, ber-kelana dan ber-Meditasi ke tempat yang jauh, sunyi, ter-pencil, atau
ter-isolir agar dapat
melatih diri dengan 12 Dutha rasa
penderitaan.
d. Berani mengorbankan harta, kekayaan, kepemilikan,
bahkan nyawa tanpa merasa kecewa atau kehilangan.
* * *
Ketahui-lah, bagi Para Umat
yang me-laksana-kan metode ini maka Ia akan dapat me-lihat Bodhisattva Bhaisajyaraja hanya dengan meng-ingat Sifat-sifat Agung-Nya
saja.
Bahkan Mereka pun dapat ber-jumpa di dalam
mimpi-nya di-mana Sang Bhaisajyaraja akan mengajarkan Dharma-Dharma Penting dan pada saat ter-bangun
Mereka akan mampu meng-ingat peristiwa tersebut bagai-kan suatu pengalaman yang nyata.
Lebih dari itu, Mereka pun akan mampu meng-ingat ratus-an bahkan ribu-an Kehidupan-nya di Masa Lampau.
Berkat pengalaman seperti ini-lah maka Mereka menjadi Rajin pergi ke Vihara guna melakukan Persembahan kepada Sang Bodhisattva Bhaisajyaraja dan Mereka pun akan mem-peroleh suatu Keahlian Samadhi baru yang bernama Dhyana Buddha Samudra.
Di samping itu, Mereka pun akan ber-Kesempatan ber-jumpa dengan Para Bodhisattva
Pengikut Sang
Bhaisajyaraja dan Mereka
pun dapat mem-pelajari
Dharma-Dharma yang di-ajar-kan oleh Para Bodhisattva tersebut".
* * * *
Lalu Sang Buddha ber-alih kepada Arya Ananda, "O, Ananda
apabila Aku telah ber-Parinirvana, jika terdapat Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, dan Upasika yang men-jalan-kan apa yang telah Aku urai-kan tadi, dengan giat me-laksana-kan Dhyana terhadap Bodhisattva Bhaisajyaraja serta Memuliakan Nama-nya,
maka Karma buruk mereka yang berasal dari 800 ribu Kalpa yang Lampau akan ter-hapus-kan se-ketika.
Bagi Mereka yang hanya
Rajin menyebut Nama serta ber-sujud pada Gambaran-Nya, maka
Kehidupan
Mereka
akan selalu dalam keadaan
aman dan tentram, Mereka
tak akan mengalami kecelakaan fatal atau kematian akibat kecelakaan.
Oh, Ananda, Tata Cara
Pelaksanaan Dhyana ini disebut Dhyana yang
Benar, jika lain dari Tata Cara
ini maka
disebut Dhyana yang Keliru".
* * * * * * * * * * *