BAB 1


Demikian yang Ku-dengar :



Pada suatu ketika Sang Buddha Sakyamuni sedang berada di Vihara Utpala Puskarini ( Vihara Kolam Teratai Hijau ) yang ter-letak di Taman Markatavanam ( Taman Hutan Kera ) di Wilayah Kerajaan Suku Vaisali.


Di Vihara tersebut juga ter-dapat 1.250 Bhiksu Agung yang di-pimpin oleh Bhiksu Sesepuh seperti Mahakasyapa, Sariputra, Mahamaudgalyayana, Mahakatyayana, dan lain-lain. Hadir pula Para Tamu pada Pesamuan Dharma tersebut, di antara-nya ada Sepuluh Ribu Bodhisattva, seperti Bodhisattva Subahu, Sughosa, Parasantaghosa, Ratnasri, Manjusri, Maitreya, dan sebagai-nya.


Juga hadir Bodhisattva-Bodhisattva yang berasal dari Sepuluh Penjuru Semesta dengan jumlah sekitar Sepuluh Koti di antara-nya ada Bodhisattva Bhadrasri, Dhanasri, Avalokitesvara, Mahasthamaprapta, Bhaisajyaraja, Bhaisajyasamudgata, Samantabadra, Bhadrapala, Brahmadeva, Brahmadhvaja.


Hadir pula sekelompok Orang Suku Vaisali ber-sama Sesepuh-Sesepuh-Nya seperti Sang Grhapati Candravitana, Grhapati Putra Ratnakuta dan sebagai-nya.


Kehadiran Mereka Semua tak lain adalah untuk men-dengar-kan Dharma Sejati yang akan di-khotbah-kan oleh Sang Buddha yang telah Mereka nanti-nanti dengan antusias dan penuh Khidmat.


Pada saat itu Sang Buddha tengah melakukan Samadhi yang ber-Nama Samantaprabha, dari tubuh Beliau ter-pancar sinar yang ber-aneka warna yang menerangi pe-pohon-an yang berada di Taman Markatavanam dimana Vihara tersebut berada.


Sinar yang ber-aneka warna tersebut ter-pantul dari pe-pohon-an sehingga se-olah-olah pohon-pohon tersebut-lah yang memancarkan warna yang berasal dari Tujuh Macam Mustika secara ber-ganti-an sehingga men-cipta-kan pemandangan yang luar biasa indah-nya.


Kemudian sinar-sinar tersebut secara per-lahan naik ke Langit dan per-lahan-lahan mem-bentuk Payung Raksasa (Saptaratna-Chatra) yang menaungi seluruh Taman tersebut. Berkat sinar ajaib dari Payung tersebut maka tampak-lah Segala Makhluk Hidup kasat mata yang berada di bawah Payung Ajaib tersebut.


Pada saat itu, di tengah perasaan kagum-Nya atas kejadian tersebut, Sang Grahapatiputra Ratnakuta bangkit dari tempat duduk-Nya lalu me-langkah ke tempat Arya Ananda dan me-lontar-kan pertanyaan :


"Oh, Bhadanta Yang Mulia, Sang Bhagawan saat ini sedang memasuki Samadhi yang dalam, hal ini ter-lihat dari kejadian yang Kita saksi-kan ber-sama, apakah Beliau memang akan meng-khotbah-kan Dharma Sejati ? Atau-kah Beliau akan menyampaikan pesan penting kepada Kita semua ? Kami mohon agar Sang Bhadanta me-manfaat-kan kesempatan langka ini dan sudi me-minta-kan kepada Sang Bhagawan agar Beliau ber-kenan men-jelas-kan Peristiwa Agung ini kepada Hadirin Sekalian."


"Oh, Grhapatiputra Yang Baik, karena Sang Bhagawan sedang dalam Tahapan Samadhi yang dalam, maka Saya tak berani mem-bangun-kan Beliau. Harap Anda ber-sabar dahulu !", demikian Ananda men-jawab.


Tiba-tiba Sang Buddha dengan sendiri-Nya bangun dari Samadhi-Nya, per-lahan-lahan ia mem-buka ke-dua mata-Nya dan dari mata Beliau ter-pancar sinar yang menyinari ubun-ubun dari BODHISATTVA BHAISAJYARAJA dan BODHISATTVA BHAISAJYASAMUDGATA dan sinar ini membuat badan ke-Dua Bodhisattva tersebut menjadi ber-sinar terang bagai-kan Gunung Vajra.


Se-ketika itu pula Para Buddha yang berada di Sepuluh Penjuru Semesta menampakkan Diri di dalam “Gunung Cahaya tersebut, dari badan Para Buddha tersebut juga ter-pancar sinar dan sinar tersebut menyinari ubun-ubun dari Para Bodhisattva Lain-nya, juga kepada Para Hadirin di Pesamuan Dharma, serta Makhluk Lain yang telah memiliki kemampuan Surangama Samadhi Nirdesa yang datang dari Sepuluh Penjuru Semesta.


Pada waktu itu serta merta Bunga Teratai Putih ber-mekar-an di Kolam-kolam yang berada di Taman tersebut, Bunga Teratai tersebut sangat ajaib karena dapat ber-ubah warna hingga ratus-an kombinasi warna.


Di atas tiap Bunga Teratai tersebut muncul Gambaran Buddha (Buddha Nirmita) dalam posisi duduk ber-Samadhi. Dari ke-Dua mata tiap-tiap Gambaran Buddha tersebut ter-pancar sinar terang yang menyinari ubun-ubun Bodhisattva Bhaisajyaraja dan Bodhisattva Bhaisajyasamudgata serta Bodhisattva-Bodhisattva Lain-nya.


Tak berapa lama kemudian Sang Buddha meng-akhiri Samadhi-Nya, muka-Nya ber-seri-seri dan dari mulut-Nya ter-pancar lima macam warna cahaya yang indah sehingga menambah ke-elok-an wajah Sang Bhagawan.


Kemudian Sang Grhapatiputra Ratnakuta kembali bangkit dari tempat duduk-Nya, me-rapi-kan jubah-Nya, kemudian sambil ber-Anjali, ber-jalan mengelilingi Sang Bhagawan dari kanan ke kiri se-banyak tujuh kali dengan muka tetap meng-hadap Sang Bhagawan sebagai ungkap-an rasa Hormat-Nya, lalu Ia me-mohon :


"Oh, Bhagawan Yang Mulia, sungguh menakjubkan sinar yang ter-pancar dari Sang Tathagata. Begitu Agung-nya hingga Para Buddha dan Bodhisattva di Sepuluh Penjuru Semesta pun merasa gembira serta datang dan ber-kumpul ber-sama di Pesamuan Dharma ini. Kini dengan Tulus Hati Aku me-mohon agar Sang Bhagawan sudi kira-nya mem-beri-kan penjelasan kepada Kami atas kejadian luar biasa yang terjadi di tempat ini !"


"Apakah yang sebenar-nya ingin Anda ketahui, Oh Ratnakuta Yang Bijak, silah-kan tanya-kan saja maka Aku akan men-jelas-kan-nya!", Jawab Sang Buddha.


"Oh Bhagawan Yang Mulia, mengapa sinar yang ter-pancar dari ke-dua mata Sang Bhagawan menyinari ubun-ubun dari BODHISATTVA BHAISAJYARAJA dan BODHISATTVA BHAISAJYASAMUDGATA ?


Bahkan Para Buddha dari Sepuluh Penjuru Semesta pun ikut menyinari ke-Dua Bodhisattva tersebut sehingga tubuh Beliau menjadi ber-kilau indah sekali bagai-kan Gunung Vajra (Gunung Mustika) ?"


"Oh Bhagawan, kejadian luar biasa ini sungguh sangat mem-buat Kami kagum sehingga Kami yakin jika Sang Bhagawan memang hendak meng-Anugerahi ke-Dua Bodhisattva tersebut dengan Pahala yang Agung.


Oh Bhagawan, apabila Sang Bhagawan telah ber-Parinirvarna (Meninggal Dunia) dan apabila Masa Saddharma (Masa Kejayaan Dharma) telah habis,
jika terdapat Umat ber-Bakti yang ber-Kesempatan Baik
dapat Mengenal Nama ke-Dua Bodhisattva tersebut serta
Mengingat dan Menyebut Nama ke-Dua Bodhisattva tersebut
dengan Tekun dan Tulus Hati,
Pahala apakah kira-nya yang diperoleh Umat ber-Bakti tersebut?"


"Lagi, Oh Sang Bhagawan,
jika ada Umat ber-Bakti yang ingin meng-hilang-kan Karma Buruk dan Nasib sial yang ia miliki,
lalu dengan sungguh-sungguh
ingin melakukan Dhyana (Meditasi Perenungan)
terhadap Rupa atau Wujud dari ke-Dua Bodhisattva tersebut, Tata Cara seperti apa yang seharus- nya ia tempuh ?"



Kemudian Sang Buddha men-jawab, "Dengarkan-lah baik-baik dan renungkan-lah dalam-dalam, Aku akan segera menerangkan hal-hal yang Anda per-tanya-kan."


Se-ketika itu tiba-tiba sekitar 500 Orang dari Rombongan Grhapatiputra dengan se-rentak ber-diri dan ber-sujud dengan Khidmat kepada Sang Buddha, lalu menaburi Bunga Utpala ke arah Sang Buddha sebagai tanda Penghormatan dan wujud Tekad untuk menekuni apa yang akan di-ajar-kan oleh Sang Buddha.


Tidak hanya ke-500 Orang tersebut, Seluruh Peserta Pesamuan yang hadir di Vihara itu pun merasa gembira atas bersedia-nya Sang Buddha untuk menyampaikan Khotbah-Nya, lalu Mereka pun dengan se-rentak menyampaikan rasa Terimakasih-Nya kepada Sang Ratnakuta :


"Sadhu ! Sadhu ! Oh, Grhapatiputra Ratnakuta Yang Bijak ! Jasa-Mu sungguh besar, dengan perasaan belas kasihan dan Cinta Kasih Anda telah mewakili Para Umat yang akan menghadapi masa sulit di Masa yang Akan Datang, yang tidak ingin ter-jerumus oleh kekeruhan suasana dan ingin mencapai Kemuliaan".


Sesuai mengucapkan kata-kata Penghormatan tersebut suasana Vihara kembali hening dan Khidmat, lalu Sang Buddha memulai Khotbah-Nya.



* * * * * * * * * *